KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia-Nya kepada saya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERUBAHAN KOMUNITAS TUMBUHAN”
ini.
Selama penyusunan, kami
sadar bahwa kami tidak luput dari begitu banyak kekurangan. Meskipun laporan
ini telah kami selesaikan, namun kami belum merasa puas. Sepenuhnya kami
menyadari bahwa keterbatasan ilmu dan pengalaman sehingga laporan ini masih
jauh dari kata sempurna.
Secara khusus, kami
mengharapkan bahwa isi laporan ini dapat membantu dan menunjang pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.
Medan, Oktober 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Pendahuluan 1
BAB II ISI 2
2.1 Pengertian
Suksesi 2
2.2 Tipe Suksesi 4
2.2.1 Suksesi
Primer 4
2.2.2 Suksesi
Sekunder 6
2.3 Perubahan
Selama Suksesi 7
2.4 Proses
Terjadinya Suksesi 8
2.5 Suksesi
Perairan 11
2.6 Penyebab
Suksesi 12
2.7 Konsep Klimaks 13
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Proses perubahan dalam
komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi.
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan
kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang
terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan
yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu
komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun
perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran
komunitas berlangsung secara sinambung.
Konsep yang menyatakan
bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan
berakhir dengan komunitas klimaks merupakan konsep lama yang umumnya masih
diikuti dan diterima. Menurut konsep mutakhir suksesi ini tidak lebih dari
pergantian jenis yang oportunis (jenis-jenis pionir) oleh jenis-jenis yang
lebih mantap dan dapat menyesuaikan secara lebih baik dengan lingkungannya.
Akhir dari suksesi ini
akan mencapai titik maksimal dalam
proses perubahan-perubahan tersebut. Proses-proses pergantian ini akan menuju
suatu tahap yang disebut Klimaks yaitu
keadaan yang stabil dimana tidak terjadi perubahan-perubahan yang signifikan
sampai adanya gangguan pada komunitas tumbuhan tersebut. Namun titik maksimal ini dapat saja berubah menurun bila di kemudian hari
terjadi gangguan-gangguan dalamkomunitas ekosistem itu.
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN SUKSESI
Perubahan komposisi dan
struktur dalam komunitas dapat dengan mudah di-amati atau terlihat dan
seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain
setelah beberapa gangguan, seperti kebakaran besar atau ledakan gunung berapi.
Daerah yang terganggu itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spe-sies,
yang secara perlahan-lahan digantikan oleh suatu komunitas spesies lain.
Di alam adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala se-suatu yang sekarang ada
sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari deretan proses perubahan yang
tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tam-paknya begitu mantap,
hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu segera akan ber-ubah jika salah
satu dari komponennya mengalami perubahan.
Lucy E. Braun (1956)
mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dina-mik, sebentar menunjukkan
pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan
dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan.
Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep
suksesi.
Komunitas yang terdiri
dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksi-nya yang berarti dalam
ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa.Proses per-ubahan atau
perkembangan ekosistem atau komunitas yang berlangsung menuju ke-dewasaan dan
keseimbangan kesatu arah yang berlangsung lambat secara teratur, pasti, dan
terarah serta dapat diramalkan disebut SUKSESI. Suksesi terjadi akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem, dan terjadinya
faktor per-saingan di antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke
arah tertentu. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas mantap
(EKOSISTEM KLIMAKS), akibat telah tercapai keadaan seimbang(HOMEOSTATIS).
Suksesi vegetasi menurut
Odum (1971) adalah urutan proses pergantian komu-nitas tanaman di dalam satu
kesatuan habitat, adanya pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan
fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai kese-imbangan biotik
dan abiotik tercapai, sedangkan menurut Salisbury (19..) adalah ke-cenderungan
kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai men-capai
klimaks, dan menurut Clements (1974) adalah proses alami dengan terjadinya
ko-loni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Suksesi merupakan proses
yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan, perkembangan dan akhirnya
mencapai kestabilan pada fase klimaks. Kli-maks merupakan fase kematangan yang
final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan
vegetasi dalam suatu iklim.
Interaksi dari semua
faktor lingkungan yang berpengaruh akan menentukan komposisi jenis vegetasi
komunitas. Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi akan bervariasi antar
satu tipe dengan tipe lainnya bahkan terdapat variasi antar unit hu-tan.Faktor
lingkungan yang membatasi jumlah spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi
dikenal ke dalam dua kategori, yaitu (Mueller (1974) :
- Faktor lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomena-fenomena yang membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah dan suhu;
- Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan sebagian maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama, patogen atau ma-nusia.
Umumnya komunitas
tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemu-dian digeser oleh seri
tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada komunitas yang relatif stabil dan berada
dalam keseimbangan dengan lingkungan setempat. Perubahan da-lam suksesi bersifat
kontinu, dimana rentetan suatu perkembangan dan pergantian ko-munitas merupakan
suatu seri komunitas yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut SERE, dan
komunitas yang sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut KLI-MAKS. Proses
suksesi yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat
diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya
sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi dari komponennya
terha-dap setiap rangsangan yang cenderungmengganggu kondisi atau fungsi normal
komu-nitas.
Laju pertumbuhan
populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi,
kemud0ian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju
pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikut-nya adalah faktor
lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hi-dup permudaan
jenis-jenis tertentu.
Gambar 1. Suksesi pada habitat darat
Menurut Clements (1974),
dalam mekanisme suksesi dikenal adanya enam sub-komponen, yaitu :
- nudasi :terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
- migrasi :tersebarnya biji
- eksesis :proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
- kompetisi :adanya pergantian spesies
- reaksi :perubahan habitat karena aktivitas spesies
- final stabilisasi, klimaks :komunitas stabil
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses suksesi selalu
progresif (selalu meng-alami kemajuan), sehingga membawa pengertian ke dua hal:
- Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
- Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian
perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis
tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat
dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi mi-salnya
hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan
sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).
Konsep lama tentang
suksesi menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara teratur, pasti, terarah,
dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas klimaks, kon-sep ini masih
diterima. Sedangkan menurut konsep mutakhir, suksesi ini tidak lebih dari
pergantian jenis-jenis pionir oleh jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat
menyesuai-kan secara lebih baik dengan lingkungannya.
2.2 TIPE SUKSESI
Mueller (1974)
menyatakan, suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suk-sesi sekunder.
Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses
terjadinya suksesi.
2.2.1 SUKSESI
PRIMER
Suksesi
primer merupakan suatu tahapan perubahan komunitas biotik ke ko-munitas biotik
lain, yang dimulai dengan kehadiran tumbuhan pioner disuatu tem-pat berbatu
yang belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut sebe-lumnya,
kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest ecosystem). Ter-jadi
bila komunitas asal mengalami gangguan berat sekali, sehingga mengakibat-kan
komunitas asal hilang secara total, dan di tempat komunitas asal terbentuk
ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
Pada habitat baru ini
tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal, gangguan ini
dapat terjadi secara alami seperti letusan gunung api, tanah longsor, endapan
lumpur dimuara sungai, endapan pasir di pantai, maupun akibat aktivitas manusia
seperti pertambangan, dll. Pada habitat tersebut secara perlahan, searah, dan
pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang klimaks dalam waktu lama,
proses ini disebut suksesi primer. Proses suksesi primer ini membu-tuhkan waktu
yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi primer dimulai
di atas bongkahan batu pada pulau yang baru timbul, delta yang baru terbentuk,
danau baru dan sebagainya. Pelapukan batu-batuan pa-da ekosistem yang rusak
total karena pengaruh iklim (hari panas, kering dan waktu hujan, dingin atau
basah), mengandung bahan unsur mineral dan organik yang da-pat ditumbuhi oleh
tetumbuhan pioner (lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim te-rus berlangsung
hingga bahan mineral dan bahan organik semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi
oleh tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi dipenga-ruhi atau
ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis. Jika
dipengaruhi oleh habitat / tanah disebutklimaks edaphis. Tumbuhan atau
organisme yang mam-pu menghuni untuk pertama kalinya substrat yang baru
digolongkan sebagai or-ganisme pionir yang mempunyai toleransi
besar terhadap berbagai faktor lingkung-an yang ekstrim.
Gangguan ini dapat
terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan
Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat
pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak
bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuk-nya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (likenes) serta tumbuhan
lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan keke-ringan. Tumbuhan
perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permuka-an lahan, sehingga
terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang
datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma aktivitas peng-uraian bercampur
dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya.
Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan
subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya.
Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi seba-liknya. Sementara itu,
rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan pelapukan
lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah
menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan
belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian
pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terben-tuklah hutan. Saat itulah
ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai
klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu.
2.2.2 SUKSESI
SEKUNDER
Proses suksesi sekunder
relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya terletak
pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya gangguan
menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun buatan,
dimana gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat hidup
organisme sehingga substrat lama (substrat tanah sudah terben-tuk sebelumnya),
masih ada komunitas awal yang tersisa. Maka pada substrat terse-but terjadi
perkembangan komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder.
Proses kerusakan komunitas disebut denudasi, yang dapat
disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, banjir, gelombang laut,
penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan biotis lainnya menyebabkan vegetasi
asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini membutuhkan waktu sampai puluhan
tahun.
Pada suksesi sekunder
benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu
sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kebakaran, banjir, angin
kencang dan gelombang laut (tsunami) secara alami dan penebangan hutan secara
selektif, pembakaran padang rumput secara sengaja dan kegiatan biotis
menyebabkan vegetasi asal musnah. Contoh seperti
tegalan, semak belukar bekas ladang, padang alang-alang dan kebun karet dan
kebun kelapa sawit yang ditinggalkan, adalah sebagian dari contoh komunitas
sebagai hasil dari contoh ko-munitas sebagai hasil suksesi. Komunitas ini masih
mengalami perubahan menuju kearah komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses
tersebut terjadi lagi gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali
dari titik nol. Penelitian di dekat Samarinda, Kalimantan Timur, menunjukkan
bahwa pembentukan padang alang-alang terjadi hanya dalam waktu 4 tahun setelah
penebangan hutan primer atau hu-tan klimaks, memperlihatkan perubahan yang
terjadi setelah ditebang habis dan kemudian dibakar setiap tahun untuk
dijadikan ladang padi.
2.3 PERUBAHAN SELAMA SUKSESI
Selama proses suksesi
akan terjadi perubahan yang mengarah kepada perkembangan atau kemajuan kondisi
habitat yang mendukung terbentuknya komunitas baru. Beberapa perubahan itu
antara lain:
a. Adanya perkembangan sifat substrat (tanah)
b.
Adanya peningkatan densitas, tinggi tumbuhan,
dan struktur komunitas yang semakin kompleks
c.
Adanya peningkatan produktivitas komunitas
sejalan dengan perkembangan sifat substrat
d.
Adanya peningkatan jumlah spesies
organisme sampai tahap tertentu dalam proses suksesi
e.
Adanya peningkatan pemanfaatan sumber daya
lingkungan sesuai (sejalan) dengan peningkatan jumlah spesies organisme
f.
Komunitas berkembang menjadi lebih
kompleks
Pionir-pionir akhir mati
satu per satu setelah sekitar 100 tahun (Liebermann & Liebermann 1987) dan
berangsur-angsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan yang telah tumbuh
dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon
klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda.
Termasuk dalam jenis-jenis ini adalah jenis-jenis kayu tropik komersil yang
bernilai tinggi dan banyak jenis lainnya yang tidak memiliki nilai komersil.
Perlahan-lahan suatu
kondisi keseimbangan yang stabil mulai terbentuk, dimana tanaman-tanaman yang
mati secara terus menerus digantikan oleh tanaman yang baru. Areal basal dan
biomasa hutan primer semula dicapai setelah 50-100 tahun atau 150-250 tahun
(Saldarriaga, 1988). Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang terakumulasi
lagi.
2.4 PROSES TERJADINYA SUKSESI
Proses pergantian antar
tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks, dapat membutuhkan waktu
puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan waktu yang dibutuhkan suksesi
sekunder lebih cepat dibandingkan dengan suksesi primer. Tingkat perubahan
komunitas berlangsung dalam periode pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal
ini disebabkan habitat (tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong
pertumbuhan vegetasi. Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat
diringkaskan sebagai berikut :
- Perkembangan sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya pertam-bahan kandungan bahan organik sejalan dengan perkembangan komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang lebih beraneka ragam daripada sebelumnya.
- Semakin kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan tingginya tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
- Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan perkem-bangan tanah.
- Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.
- Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan peningkatan jumlah jenis.
- Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
- Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.
Kecepatan proses suksesi pada suatu komunitas atau
ekosistem dipengaruhi oleh faktor, antara lain :
- Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan
- Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu
- Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
- Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan benih la-in, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji dan spora dan per-kembangan semai selanjutnya.
- Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk
- Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Gambar 2. Suksesi di ekosistem daratan yang
mengarah ke perairan
Jika vegetasi yang ada
kemudian musnah dan timbul lahan kosong disebut la-han sekunder atau lahan terdenudasi. Suksesi sekunder mempunyai tahap yang lebih sedikit
daripada suksesi primer, dan biasanya klimaks pada suksesi sekunder lebih cepat
dicapai.
Sebaliknya proses
suksesi primer berjalan lambat, hal ini disebabkan oleh ke-adaan iklim batuan
yang kering yang disertai belum terbentuknya tanah. Karenanya hanya tumbuhan
tertentu yang dapat hidup pada keadaan tersebut. Spesies pertama hidup di atas
habitat yang belum pernah ditumbuhi tumbuhan disebut tumbuhanpioner, contoh lumut.
Tumbuhan lumut umumnya sangat sedikit pengaruhnya dalam penghan-curan bongkah
batuan menjadi tanah. Lumut dan tumbuhan berpembuluh merupakan penyokong
terbesar dalam pembentukan tanah dan vegetasi.
Ada beberapa macam tipe suksesi berdasarkan habitatnya
yaitu:
- Hidrosere
Tipe suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya
disebut Hidrarch. Vegetasi
yang sering berganti dalam hidrarch disebut hidrosere. Tipe suksesi ini tidak selalu memerlukan komunitas
aquatik untuk menuju ke perkem-bangan komunitas daratan. Jika air yang ada
dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat
(gelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan suatu
komunitas aquatik yang stabil dan sukar meng-alami pergantian. Jadi suksesi ini
hanya terjadi jika kolonisasi komunitas tumbuhan menempati kolam buatan yang
kecil dan dangkal, serta diikuti terjadinya erosi ta-nah di tepi danau,
sehingga batas air akan semakin kecil dan hilang setelah waktu yang lama.
Tumbuhan pelopor adalah tumbuhan air yang terendam, kemudian di-ganti tumbuhan
terapung seperti eceng gondok, kemudian lumpur rawa, rumput daratan, semak dan
akhirnya pohon. Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup
permukaan air, kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam dan
kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuh-an baru menggangti
jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemu-dian habitat menjadi
lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan terjadi tanah
yang cukup matang dan tebal.
- Halosere
Suksesi yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin, biasanya dimulai
dari jenis tumbuhan yang tahan kadar garam tinggi, seperti Spindifec, Ipomea pescapre dll.
3.
Xerosere
Suksesi vegetasi yang berkembang pada daerah xerik(kering), disebut Xerarch. Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal
batuan induknya saja. De-ngan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu
hanyalah tumbuhan yang ta-han kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan
pioner adalah lumut ke-rak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses
respirasi Lichenes akan mengeluarkan CO2yang akan bereaksi dengan H2O
membentuk H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi dengan
bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel batuan.
Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi de-ngan sisa-sisa Lichenes yang
mengalami pembusukan, mengikat N yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti
itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu
akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Demikian seterusnya vegetasi pertama
akan memberikan pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi
kedua.Urut-urutan terjadinya proses ini:Lumut kerak — lumut kerak berdaun —
lumut — rumput-rumputan (herbaceus) — semak (shrubs) — pohon-pohonan.Tidak
semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya
merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan ke-ring, baru kemudian
semak dan pohon-pohonan.
Suksesi xerosere, ada 3
macam, didasarkan pada substrat awal yaitu:
·
Psammosere : suksesi vegetasi
yang dimulai pada daerah berpasir.
·
Lithosere : suksesi vegetasi
yang dimulai pada batuan.
·
Serule : suksesi untuk mikroorganisme
(bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa produsen/konsumen.
2.5 SUKSESI DI PERAIRAN
Suksesi alami pada
perairan umumnya dijumpai pada kolam-kolam dan danau yang terjadi secara
bertahap akibat masuknya bahan tererosi dari sekeliling ekosistem daratan.
Proses ini terjadi karena kuantitas partikel tanah yang tererosi tidak dapat
dihin-darkan dari darat dan mengendap atau tertinggal di dalam kolam atau danau.
Tumbuh-an akuatik memproduksi detritus juga berkontribusi terhadap proses
pengendapan. Tahap selanjutnya terjadinya pergerakan tumbuhan darat ke arah
dalam perairan se-cara bertahap yang dimulai oleh tumbuhan air ke tumbuhan
darat berupa rumput-rum-putan sampai pada semak dan pohon, sehingga kolam dan
danau hilang sama sekali.
Gambar 3. Suatu seri suksesi pada
ekosistem danau
2.6 PENYEBAB SUKSESI
Beberapa faktor penyebab
suksesi baik alami maupun tidak alamai atau buatan berikut ini adalah :
- Iklim : tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa akibat rusaknya ve-getasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan meng-ubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa ke-adaan yang tidak menguntung-kan pada vegetasi.
- Topografi : suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara lain:
·
Erosi : erosi dapat terjadi karena angin,
air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi
penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan ak-hirnya proses suksesi dimulai.
·
Pengendapan (sedimentasi) : erosi yang
melarutkan lapisan tanah, disuatu tem-pat tanah diendapkan sehingga menutupi
vegetasi yang ada dan merusakkan-nya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi
berulang kembali di tempat tersebut.
2.7 KONSEP KLIMAKS
Tingkat akhir dari
suksesi suatu komunitas tumbuhan, adalah tercapainya kese-imbangan dengan
keadaan lingkungan. Jadi pada tingkat ini hubungan langsung antara tumbuhan
dengan lingkungannya telah mencapai suatu stabilisasi. Tumbuhan lain yang datang bermigrasi ke dalam
komunitas tumbuhan itu tidak akan mudah mendapatkan tempat yang sesuai untuk
perkembangannya.
Suksesi
vegetasi yang menempati habitat utama disebut SERE,sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut SERAL. Komunitas yang timbul pada
susunan itu di-sebutKOMUNITAS SERAL.
Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, karena hanya terdiri
dari beberapa spesies tumbuhan dominan. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat
yang kosong disebut tumbuhanPIONER.
Lazimnya suksesi tumbuhan tidak menunjukkan suatu seri bertahap-tahap tetapi
terus menerus dan me-rupakan pergantian yang lambat dan kompleks. Spesies
dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama.
Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin
menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas
yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang di-ciptakan menjadi dominan
terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika berubah habitat menjadi ekstrem, sehingga tidak memenuhi syarat untuk
tumbuhnya tumbuhan awal maka akan digantikan oleh tumbuhan lainnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tumbuhan sehingga tumbuhan baru bisa
menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu
saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang telah teradaptasi dan mampu
bereproduk-si dengan baik, hal inilah yang disebut suatu kimunitas telah
mencapai KOMUNITAS KLIMAKS yang matang, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada
per-gantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di dalam kondisi klimaks
ini spesies-spesies dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolah habitat
sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan invasi baru. Di dalam konsep
klimaks ini Clements berpendapat:
1.
Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan
yang berbeda, tetapi akhirnya punya kli-maks yang sama.
2.
Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi
iklim tertentu, sehingga klimaks de-ngan iklim itu saling berhubungan, kemudian
klimaks ini disebut Klimaks
Klimatik.
3.
Setiap kelompok vegetasi masing-masing
mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri
menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik akan tercapai
pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak ekstrem untuk terjadinya perubahan
terhadap keadaan iklim di suatu wilayah. Terkadang kli-maks dimodifikasi begitu
besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air, klimaks
seperti ini disebut Klimaks
Edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari
klimatik di suatu wilayah, hal ini disebabkan adanya faktor edafik yang
mempunyai karakteristik yang tersendiri.
Adakalanya
vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain
iklim. Misalnya adanya penebangan, penggembalaan ternak, keterge-nangan dan
lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang ti-dak
sempurna (tahap sebelum klimaks) baik oleh faktor alam atau buatan,keadaan ini
disebut Sub Klimaks.
Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk menca-pai klimaks sebenarnya
jika faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
Gangguan
terhadap modifikasi klimaks yang sebenarnya dapat menyebabkan terbentuknya sub
klimaks yang berubah (termodifikasi), dan keadaan ini disebut Dis-klimaks(Ashby, 1971). Sebagai
contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang
sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1971) mengistilahkan klimaks
tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuhan yang domi-nan pada pyrix klimaks
misalnya antara lain: Melastoma
polyanthum, Macaranga sp, dan Melaleuca leucadendron.Jika pergantian iklim secara temporer
menghentikan perkem-bangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan
maka disebut Pre Kli-maks
Pada keadaan iklim
dimana vegetasi dilindungi dari manusia, penyakit, serangga dan api, maka kecambah
yang tumbuh akan hampir sama jenisnya dengan vegetasi do-minan.Vegetasi berada
dalam keadaan seimbang dengan iklim, tanah dan hewan her-bivora. Semua
unsur-unsur lingkungan tidak berubah, bentuk vegetasi dengan pola jenis-jenis
utamanya akan tetap demikian. Vegetasi yang berada dalam keseimbangan dinamis
dengan lingkungannya, kemungkinan masuknya jenis lain hampir tidak ada, karena
bekerja faktor-faktor pembatas, sedangkan pertumbuhan vegetasi dikendalikan
oleh pengaruh dari faktor-faktor pembatasnya untuk vegetasi tertentu. Vegetasi
yang demikian sekarang dikatakan berada dalam keadaan klimaks.
Tingkat akhir dari
perkembangan komunitas tumbuhan ini disebut “klimaks”. Ada dua pendapat mengenai
bagaimana klimaks ini dapat dicapai oleh suatu komunitas tumbuhan, yaitu :
- Teori Monoklimaks
Berpendapat bahwa tiap
daerah hanya mengalami satu kali klimaks saja. Ekolo-giawan pioner
seperti Braun-Blanquet dan Clements mengatakan bahwa
klimaks itu adalah perkembangan suatu vegetasi dan pembentukan tanah yang telah
mencapai titik akhir setelah dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor iklim.
Konsep ini disebut konsep “monoklimaks“,
sebab disini hanya satu faktor alam saja yang ditonjolkan dan dianggap memegang
peranan penting, yaitu faktor iklim. Dalam konsep mono-klimaks, Clementsmemperkenalkan pula beberapa
istilahyang berhubunga de-ngan tingkat-tingkat vegetasi dalam mencapai klimaks.
Istilah itu hanya menun-jukkan saja kesukaran menentukan klimaks dalam skala
waktu.
o Subklimaks : tingkat yang
hampir berakhir dari suatu suksesi tetapi tetap bertahan dalam keadaan tersebut
dalam masa yang panjang, dan pada akhirnya tercapai juga tingkat klimaksnya.
o
Disklimaks : yang berubah setelah tercapainya klimaks disebabkan adanya gangguan
terhadap alam lingkungan.
o
Postklimaks dan preklimaks :
perubahan iklim menurut garis lintang bumi me-nimbulkan perubahan vegetasi
meskipun kurang jelas.Bila terjadi suatu fluktuasi keadaan iklim, maka akan
timbul pula perubahan pada vegetasinya. Misalnya, bila iklim berubah menjadi
dingin dan lebih basah dari kondisi biasa menimbul-kan postklimaks. Sedangkan
bila keadaan menjadi lebih hangat dan kering akan menimbulkan vegetasi
yang preklimaks.
- Teori Poliklimaks
Berpendapat bahwa semua
komunitas dalam daerah iklim tertentu tidak menca-pai klimaks yang sama, hal
ini dipengaruhi kedaaan fisik habitat bervariasi. Odum dan para ahli ekologi
lainnya, terutama angkatan lebih muda berpendapat bahwa klimaks merupakan suatu
komunitas tumbuhan yang telah mencapai tingkat akhir dan stabil, setelah mencapai
atau melampaui seri-seri suksesi, kestabilan dan peng-abadian komunitas
tumbuhan. Tercapainya pengabadian karena komunitas tum-buhan telah dapat
menyesuaikan dengan satu atau beberapa faktor alam. Oleh ka-rena itu, konsep
terakhir ini disebut “polyklimaks”.
- Konsep Whittaker (1953)
Menyatakan bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk tiap
habitat, susunan klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu keadaan
lingkungan dan untuk semua faktor-faktor ekosistem yang ada. Sehingga baik
monoklimaks dan poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai dengan kenyataan,
karena klimaks me-rupakan suatu keadaan seimbang dari produktivitas, struktur
dan populasi dengan keseimbangan dinamis dari populasi-populasi yang
menentukan. Keanekaragaman vegetasi klimaks tergantung dari keanekaragaman
lingkungan dan macam populasi yang ada. Keseimbangan di antara pergantian
populasi dengan perubahan-per-ubahan dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks
merupakan suatu pola dari popu-lasi yang berhubungan dengan pola penurunan
lingkungan
·
Teori informasi (Odum 1971)
Dikemukakan oleh Odum
yang merupakan jalan tengah antara teori mooklimaks dan teori poliklimaks. Odum
berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan
enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan energi dan informasi.
Suatu sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan energi dan informasi
sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan
menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila
perbandingan masukan dan keluaran energi dan informasi sama dengan satu atau
hasil energi dan informasi sama besar dengan masukan energi dan
informasi,sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks.
Kedua konsep / teori
monoklimaks dan poliklimaks memiliki perbedaan, dima-na yang satu hanya
menekankan kontrol dari alam lingkungan terhadap vegetasi kli-maks itu kepada
satu faktor alam saja yaitu iklim, sedangkan yang lainnya menganggap bahwa
tidak hanya iklim saja yang dapat menentukan klimaks dari suatu vegetasi itu,
tetapi mungkin juga faktor-faktor alam lainnya, seperti faktor tanah, faktor
biotik dll.
Odum (1971) mengatakan
bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan ber-variasi tidak hanya disebabkan
oleh adanya perbedaan iklim dan situasi fisiografis, te-tapi ditentukan juga
oleh sifat-sifat ekosistem yang berbeda. Ahli lain adalah Oosting, Henry,
mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis, dan disokong oleh Michols,
Tansley dan ahli Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1951-1953) dan ahli
ekologi Amerika lainnyajuga menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya
karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu
serta komunitas tumbuhan dan bukannya oleh iklim setempat.
Sangat sukar untuk
memberi batasan pada apa yang disebut stabilisasi komu-nitas tumbuhan yang
telah mencapai klimaks tanpa mempertimbangkan soal waktu. Persoalannya sekarang
adalah suatu batas waktu tertentu untuk membedakan komu-nitas-komunitas yang
masih mengalami suksesi dan sudah mencapai klimaks. Bila di-ukur dengan waktu
geologi yang panjang dimana iklim selalu berubah-berubah, ve-getasi dimuka bumi
dapat dikatakan tidak pernah mencapai klimaks dan selalu dalam keadaan suksesi.
Kalau demikian adakah vegetasi yang mencapai klimaks. Dalam hal ini kita perlu
meninjau masalah klimaks ini dalam ukuran waktu yang relatif, bukan dalam
ukuran waktu yang absolut. Hanya dengan cara begitu maka konsep klimaks ini ada
manfaatnya bagi ilmu pengetahuan.
Aspek yang sangat jelas
dari pengertian klimaks secara teoritis adalahharus di-tinjau dari sudut
kecepatan perubahan dalam bentuk suksesinya. Pada tingkat-tingkat permulaan
suksesi tumbuhan, biasanya perubahan bentuk dan komposisi tumbuhan relatif
cepat sekali. Makin tua umur suksesi makin lama pula perubahan-perubahan
ve-getasi terjadi. Kemudian kalau dapat diperkirakan bahwa perubahan yang lama
ini ka-rena vegetasi itu telah mengarah kepada penyesuaian terhadap alam
lingkungan (iklim bagi konsep monoklimaks atau aneka ragam faktor alam bagi
konsep poly-klimaks), maka perubahan itu memang akan berhenti dalam bentuk
vegetasi klimaks.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ekosistem klimaks
merupakan suatu keadaan dimana telah tercapai keadaan seimbang
(homeostasis) pada akhir tahapan suksesi.Komunitas klimaks ditandai dengan
tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan
kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam system
secara keseluruhan. Teori – teori yang menyatakan mengenai kondisi klimaks ada
tiga, yaitu:
1. Teori Monoklimaks, dinyatakan oleh Clements pada tahun 1916
2.
Teori Poliklimaks, dinyatakan oleh Tansley
pada tahun 1939
3.
Teori Teori Potensi Biotik atau Pola
Klimaks Hipotesis, dinyatakan oleh R.H. Whittaker pada tahun 1950-an
DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J. Yanney. 1998. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Lederrer, Roger R. 1984. Ecology and Field Biology. California:
Cummings Publishing Company, Inc.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar –dasar Ekologi . Yogyakarta :
UGM Press
Odum, Howard T. 1992. Pengantar Sistem Ekologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Ramli, Dzakir. 1989. Ekologi. Jakarta : Depdikbud Dikti
Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP
Press.
Weaver, John E. 1980. Plant Ecology. New Delhi:
McGraw-Hill Publishing Company, Ltd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar